The Truthful Music of Sarasvati



Sarasvati is Risa Saraswati, a new aspiring singer/song writer who pursue a solo career using her Sanskrit name, Sarasvati . Such divine passion towards knowledge, art, and particularly music, is conveyed through songs and lyrics, with passages after passages, words by words Risa shares her eternal experience of pursuing happiness, with you. Her spiritual journey, her quest for perfection, and many simple, negligible, unimportant whatnot. This is Sarasvati. Enjoy the truthful music from Risa Saraswati.

SARASVATI E.P. “Story of Peter”

Membuka Pintu (Lagi) untuk Sarasvati

TERKADANG perpisahan menjadi pintu yang sempurna untuk sebuah kelahiran kedua.
Risa Saraswati, yang dulu menjadi ikon paling penting dari kelompok musik elektronik Homogenic, berpisah dengan band yang melambungkan namanya. Dengan berani, ia berkarya lagi sebagai Sarasvati.
Berpisah dengan sebuah titik kemapanan adalah tantangan yang luar biasa besar. Sarasvati hadir dengan sebuah EP untuk menaklukan rasa penasaran orang dan menegaskan bahwa musik selalu ada di tempat yang diprioritaskan untuk hidupnya.
Banyak orang bertanya-tanya ketika perpisahan itu datang. Itu merupakan hal yang tentunya bisa sangat dimengerti mengingat Homogenic ada di level yang sudah cukup bisa dipandang secara luas.
Sekarang, Risa –dengan nama Sarasvati— punya Story of Peter, sebuah mini album yang benar-benar diproduksi untuk menyalurkan hasratnya guna terus menerus bermain musik.
“Ini saatnya saya mengeluarkan isi kepala yang sebenarnya belum tentu bisa dipahami oleh orang lain. Sendiri adalah jalan terbaik untuk menyalurkannya,” terang Risa tentang Story of Peter.
Album ini diproduksi sendiri –satu hal yang belum ia pernah lakukan di cerita lampau karir musiknya— dengan sokongan sejumlah teman di berbagai lini.
Singel berjudul sama, Story of Peter, sudah berkeliaran dalam di sejumlah media dalam berbagai macam format. Singel tersebut bicara banyak dengan rangkaian bunyi yang dimilikinya. Sekaligus menyatakan dengan begitu tegas, bahwa Sarasvati adalah wajah baru yang harus dipandang, didengar, dan dinikmati dengan kadar ekspektasi yang dalam.
Sarasvati juga merupakan sebuah tubuh yang mempersatukan dua kutub kiblat musik yang bertolakbelakang. Singel Story of Peter dan Fighting Club, misalnya, merepresentasikan dunia barat yang berhasil diadaptasi dengan baik oleh Risa lewat serangkaiannya mendengar dan menerjemahkan kesukaannya akan musik. Sementara, di lagu Bilur, ia berhasil mencampuradukkan elemen musik tradisional yang sebenarnya punya peran sangat besar di pondasi selera pribadinya.
“Sedari kecil saya hidup di lingkungan seni, lahir diantara keluarga yang mempelajari kebudayaan daerah, menghabiskan masa kecil dengan menonton pertunjukan seni budaya daerah di mana keluarga saya tampil,” ingatnya pada kenangan masa lalu. Banyak atau sedikit, itu memupuk cintanya yang begitu besar pada seni musik.
Dan Story of Peter adalah sebuah dedikasi untuk sahabat lamanya yang sebenarnya cukup sulit dimengerti oleh orang biasa.































“Peter adalah teman masa kecil saya. Notabene, dia adalah mahluk tidak kasat mata yang tinggal di rumah saya pada saat itu. Saya menghabiskan banyak waktu bersamanya dan dia punya peran cukup besar untuk membentuk karakter saya menjadi seperti sekarang ini. Album ini didedikasikan untuknya,” cerita Risa tentang latar belakang album ini.
Modal Risa sebagai Sarasvati sesungguhnya hanya suara malaikat yang begitu anggun melekat pada dirinya. Selebihnya, ia menulis lagu dengan cara yang juga tidak lazim. Ia tidak memulai proses penulisan lagu dengan satu instrumen musikpun. Modalnya, hanya suara.
“Idenya muncul begitu saja, saat sedang bersenanandung asal-asalan. Tiba-tiba menemukan nada-nada yang menurut saya ok. Saat itulah muncul keinginan untuk menuntaskan nada-nada selanjutnya menjadi sebuah lagu.”
Selain cara penulisan lagu yang unik, Story of Peter juga memuat dua buah lagu kover version yang lagi-lagi membuktikan bahwa selera pribadi dan kemampuan teknikalnya mampu melintas batas. Ia memilih Question milik kelompok musik elektronik lokal asal Bandung, Space Astronaut dan Perjalanan milik duo vokal legendaris Indonesia, Franky and Jane.
“Perjalanan menjadi lagu favorit kedua orang tua saya. Mereka pernah bercerita bahwa sudah sejak lama mencari album yang memuat lagu tersebut. Tapi tidak pernah berhasil menemukannya. Entah ada cerita apa di balik lagu itu. Tapi reinterpretasi ini untuk mereka. Sementara, Question selalu saja bisa membuat saya tersentuh dan kadang menangis. Beberapa tahun ke belakang saya begitu mencintai lagu ini dan bertekad suatu saat harus menyanyikannya,” tuturnya panjang tentang alasan pemilihan dua lagu ini.
Versi Perjalanan yang dimainkan Sarasvati pada kenyataannya bisa membuat orang melakukan riset masif tentang betapa hebatnya Franky and Jane di masa jayanya. Sarasvati melestarikan sesuatu yang bisa diberi label sejarah manis musik pop Indonesia.
Dengan kemasan yang begitu kompleks dan cukup bervariasi ini, sudah sepantasnya Sarasvati punya tempat di kehidupan orang banyak.
“Tidak ada yang bisa menggambarkan bagaimana nikmatnya saat menyenandungkan nada dan lirik, terlebih pada nada dan lirik yang sesuai dengan karakter vokal dan mood saya,” tuturnya.
Sarasvati kembali ke gelanggang. Silakan buka pintu yang lebar dan persilakan ia memimpin sekawanan malaikat hadir (kembali) ke dalam hidup anda.

Facebook: http://www.facebook.com/risasarasvati/
Myspace: http://myspace.com/risasarasvati
Twitter: http://twitter.com/risa_saraswati

Further information please contact:
SYAUQY LUKMAN – General Manager
(08122025697)
syauqylukman@gmail.com

Track List:
1.Story of Peter
2.Cut and paste
3.Question
4.Fighting Club
5.Bilur
6.Oh I Never Know
7.Perjalanan

album download : sarasvati.rar

Cerita di Balik Mini Album Sarasvati


Bandung - Banyak yang menyayangkan keputusan Risa Saraswati alias Sarasvati keluar dari kelompok musik Homogenic. Namun bagi Risa, hal ini menjadi langkah nyata untuk mewujudkan mimpinya yang selama ini terpendam.

Dalam mini album Sarasvati "Story of Peter" yang dilaunching di Ballroom Bumi Sangkuriang, Bandung. 22 July 2010 lalu, Risa menuangkan semua cerita dan keinginannya dalam album tersebut.

"Saya udah 7 tahun nge-band, tapi belum bisa menghasilkan karya sendiri. Pertama saya bikin lagu 'Oh I Never Know', lalu saya minta teman-teman saya dengerin, mereka nyemangatin saya buat bikin album ini," ujar Risa saat berbincang dengan detikbandung di Kantor detikbandung, Jalan Lombok 33, beberapa waktu lalu.

Tujuh lagu yang ada dalam EP album tersebut 5 di antaranya buah karya tangan Risa sendiri. Sementara dua lainnya milik musisi lain yang ia bawakan dengan versi dirinya. Lima lagu yang ia tulis semua dalam bahasa Inggris.

"Lima lagu saya yang menulis sendiri, dua lagu lainnya saya mengcover lagu dari Space Astronauts yang berjudul 'Question', juga lagunya Franky and Jane yang berjudul 'Perjalanan'," terangnya.

Bukan tanpa alasan Risa memasukkan lagu milik duo legendaris Franky and Jane. Lagu tersebut adalah lagu favorit kedua orang tuanya.

"Orang tua saya suka banget, sebagai tanda terima kasih, saya masukkan lagu ini ke album saya. Pas mereka tahu ada lagu ini, ibu saya bilang 'Ah iyeu mah lagu karesep mamah' (ini lagu kesukaan mamah-red)," tuturnya.

Risa mengaku bersyukur karena dalam pembuatan albumnya solo pertamanya ini ia tak berjuang sendiri. Beberapa temannya ikut membantu dalam proses pembuatan albumnya ini.

"Saya enggak bisa main musik, saya hanya bisa menuangkan ide di kepala saya. Teman-teman saya yang membantu," ungkapnya.

Beberapa teman Risa sekaligus musisi yang ikut dalam proyek solo Risa di antaranya adalah Egi Anggara (Cherry Bombshell), Hendi Unyil (The Milo), dan Tengku Irfansyah (Space Astronauts).

Mengenai nama Sarasvati, menurut Risa, nama tersebut adalah bahasa sangsekerta dari nama pajangnya Saraswati. Ia pernah berganti-ganti nama sebelum akhirnya memakai nama Sarasvati. "Tadinya sempet beberapa nama, tapi semuanya pas saya lihat di myspace sudah ada, jadi saya pakai Sarasvati," ceritanya.

20 Musisi Indonesia Go Internasional

Rasa-rasanya hampir semua dari kita menyukainya dan bahkan mengkonsumsinya hampir setiap hari. Bisa memberi ketenangan jiwa kata beberapa orang. Bisa menyampaikan perasaan dan pikiran kita kata beberapa orang lainnya. Satu yang pasti, kita semua tentu sepakat, bahwa musik memang seperti sihir, yang bisa membuat kita hanya terdiam membisu menikmati setiap melodi indahnya.
Indonesia, negara kita ini, konon juga gudangnya musisi handal. Bahkan negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, musik-musiknya kerap berkiblat ke kita untuk urusan ini. Melihat ini, tentu saja kita boleh bermimpi juga dong kalau suatu saat nanti, musik-musik Indonesia akan lebih terdengar gaungnya bahkan sampai menembus negeri Paman Sam sana
Ini ada beberapa daftar musisi Indonesia yang sudah go international.
They do make us proud, right?!

1. Wisnu Witono Adhi


Mungkin belum terlalu banyak orang yang mengenal namanya. Namun, Wisnu telah berhasil mengharumkan nama Indonesia dengan masuk 5 besar dalam ajang Norwegian Idol tahun 2006. Tak tanggung2, ia pun memperoleh kesempatan untuk merilis album debutnya dengan single hits “Love Like That”.

Wisnu Witono Adhi adalah pria asal Indonesia yang menetap di Norwegia dan berhasil masuk dalam ajang bergengsi Norwegian Idol sebagai finalis 5 besar.

Mungkin belum banyak yang tahu sepak terjang pria yang pernah berprofesi sebagai penata rambut ini. Wisnu menetap di Norwegia sejak usia 14 tahun untuk meneruskan pendidikannya.
Beranjak dewasa, ia mulai bekerja di salon sebagai penata rambut. Namun, hasratnya untuk terjun ke dunia tarik suara, tak terbendung lagi. Berkat dukungan teman-temannya, Wisnu pun mencoba peruntungan dengan mengikuti ajang Norwegian Idol 2006.
“Saya memang hobi musik, lalu banyak teman yang bertanya, ”Kok nggak ikut musik aja?” Habis itu saya putuskan ikut idol,” kata Wisnu yang ditemui di kediamannya di bilangan Jagakarsa, Pasar Minggu, 13 Juli 2010.
Setelah mengirim aplikasi, tanpa disangka-sangka, namanya masuk sebagai salah satu peserta. “Saat itu yang ngirim sekitar 8 ribu orang. Kemudian saya jalani aja. Dan tidak nyangka seleksi pertama saya lolos. Dari 8 ribu, ke 200 kemudian 100 sampai ke 12 finalis dan saya masuk 5 besar. Saya bener-bener tidak nyangka,” katanya bercerita panjang lebar.
Wisnu adalah satu-satunya peserta dari Asia yang berhasil lolos hingga babak 5 besar. Dari situ, ia mulai diuji untuk menyanyi secara live. Berbagai lagu pun dibawakannya mulai dari lagu lokal Norwegia, lagu Swedia, Soundtrack film dan lagu Jazz milik Michael Bubble.
Selepas menyandang gelar ‘Idol’, Wisnu pun memutuskan untuk menggeluti dunia musik secara serius. Hingga saat ini, ia sudah mengeluarkan tiga hits single ‘Love Like That’, ‘Follow Me’ dan ‘Me, Myself & I’.
Wisnu yang sampai saat ini menetap di Norwegia memiliki keinginan besar untuk bisa berkarir di Indonesia. Pria kelahiran Jakarta, 9 September 1983 ini mulai meniti karir menyanyi untuk tampil di konser-konser mini.
“Saya ingin berkarir di Indonesia. Saya berharap suatu hari nanti bisa pergi tour bawa dancer dan band saya ke Indonesia. Saya pengen rekaman pakai bahasa Indonesia, untuk memulai karir di Indonesia dan menyumbangkan pengalaman,”

coba nih lagunya : Wisnu Witono Adhi - Me, My Self, and I (download .mp3)

2. Jessica Mauboy


Pernah nonton Indonesian Idol tahun 2008? Kalo ya, ingat kah dengan bintang tamu runner up Australian Idol tahun 2006? Ya, dialah Jessica Mauboy. Jessica, yang memiliki ayah yang berasal dari pulau Timor ini berhasil membawa inspirasi bagi warga Australia karena kesuksesannya dapat membawanya dari kehidupan sederhana di Darwin menjadi kesuksesan di Sydney. Baru-baru ini, ia mengeluarkan single terbarunya bertajuk “Get ‘Em Girls” berkolaborasi dengan Snoop Dogg. Karya-karyanya dapat dilihat di official websitenya: http://www.jessicamauboy.com.au/

3. Chandra Satria


Solois pria dari Indonesia ini konon berhasil merebut hati penikmat musik dari Malaysia melalui single pertamanya “Ingatlah Diriku”dengan Sheila Madjid, penyanyi Malaysia. Di sana, Chandra sempat diwawancara oleh banyak media terkemuka seperti TV3, Astro Awani, Berita Harian, Kosmo, Utusan Malaysia, Mangga Magazine, Hai Magazine, News Strait Times, Rentak Sejuta Online, Era Radio, Hot FM dan lain sebagainya

4. Muhammad Gunawan (Gugun) Blues Shelter


Pria yang kerap dipanggil Gugun ini memulai karirnya dalam dunia musik dengan membuat sebuah band bernama Gugun and the Bluesbug dan sekarang telah berubah nama menjadi Gugun and the Blues Shelter. Walaupun mungkin pecinta musik di tanah air kurang mengenalnya, Gugun cukup dikenal di kalangan pecinta blues mancanegara Bersama bass player John “Jono” Armstrong and drummer Aditya “Bowie” Wibowo mereka telah menjajah musik international. Dan karena bakatnya yg luar biasa Gugun mendapat julukan The Little Jimmy Hendrix.

5. Daniel Sahuleka


Pecinta musik soul era 80-90an gak akan lupa sama lagu “Don’t Sleep Away The Night” dari Daniel Sahuleka. Penyanyi yang pernah menikmati masa kecilnya di Semarang ini memilih untuk pergi ke negeri Belanda dan merintis karir musiknya disana. Darah Ambonnya dengan talenta bermusik sukses membuat Daniel Sahuleka tidak hanya dikenal karena kepopuleran lagunya, tetapi juga dengan musikalitas yang ia coba mainkan di setiap lagunya. Satu hal yang membuatnya tidak lupa adalah rasa kangennya dengan kota Semarang yang tidak akan pernah ia jumpai di kota manapun di dunia. Untuk melihat karya-karyanya, bisa diakses official websitenya di: http://www.sunflight.nl/

6. Dira J Sugandi


Nama Dira J Sugandi mungkin masih terdengar asing di telinga pecinta musik tanah air, namun tidak di telinga para pecinta jazz. Perempuan asli Bandung ini kerap manggung dalam konser bersama musisi jazz dunia. Salah satunya Incognito asal Inggris. Bahkan, produser tersohor Incognito, Jean Paul Bluey Maunick, adalah orang yang membimbing Dira hingga kariernya menjadi seperti saat ini. Dan sebentar lagi, Dira akan merilis albumnya sendiri yang bertajuk “Something About the Girl” di dalam negeri. Album yang telah lebih dulu rilis di London dan Tokyo ini dikabarkan akan berisi 11 lagu berbahasa Inggris dan 2 lagu bahasa Indonesia (Kami Cinta Indonesia ciptaan Harry Roesli dan Ku Cemburu gubahan Rieka Roslan).

7. The S.I.G.I.T


Ah ya, kali ini berbeda dengan daftar sebelumnya yang kebanyakan adalah penyanyi solo.. The S.I.G.I.T atau The Super Insurgent Group of Intemperance Talent adalah band indie asal Bandung yang sudah kerap kali manggung di negeri-negeri tetangga. The S.I.G.I.T yang dibentuk pada tahun 1997 ini merupakan potret band indie yang melek teknologi dengan memanfaatkan situs jejaring sosial untuk mengenalkan lagu-lagu mereka. Lewat dunia maya pula mereka akhirnya dikenal oleh salah satu pemilik label di Australia yang kemudian menawari band ini untuk membuat album THE S.I.G.I.T versi Australia.

8. Agnes Monica


Ya, Agnes Monica. Tidak perlu heran lagi memang, mengingat skill menyanyi dan menarinya yang luar biasa, Agnes menjadi penyanyi wanita yang terkenal di Asia. Pada tahun 2008, Agnes berhasil menjuarai Asia Song Festival 2008 di Seoul, Korea Selatan dengan gelar The Best Asian Artis dan The Best Performance. Tahun 2009, Agnes kembali ditunjuk sebagai wakil Indonesia dalam The 6th Asian Song Festival 2009 dan di event ini, ia menyanyikan single barunya yang belum diperdengarkan di tanah air: Temperature.

9. Sandhy Sondoro


Sandhy pertama kali mengguncangkan dunia internasional melalui kemenangannya di festival penyanyi muda internasional New Wave 2009, Latvia. Sejak itu, kemampuannya makin diakui dunia internasional. Sandhy bahkan sempat bernyanyi sepanggung dengan penyanyi dunia sekelas Toni Braxton dan Gloria Estefan dalam acara “Dianne Warren and Friends” di Palladium Theater Hollywood, Los Angeles, Amerika Serikat.

10. Anggun C. Sasmi


Ah, kalo yang ini pasti semua dari kita tau kan? Anggun, penyanyi wanita kelahiran 1974 ini telah merilis 4 album internasional, yakni Snow on the Sahara/Au nom de la lune, Chrysalis/Désirs contraires, Luminescence, dan Elevation. Salah satu kehebatan dari Anggun adalah, meskipun dia sudah menjadi milik Perancis, tetapi karyanya tidak pernah lepas dari sentuhan tradisi leluhurnya di Indonesia.
Beberapa karyanya juga memakai bahasa Indonesia, dan satu project lagu bersama grup Deep Forest yaitu “Deep Blue Sea” juga memakai sentuhan irama Sunda dengan backing vocal ala penari kecak dari Bali. Prestasi-prestasinya sungguh banyak, antara lain: single dari album pertamanya “Snow on the Sahara” pernah menduduki posisi Top 5 pada UK Club Charts di Inggris (1999) dan terpilih sebagai lagu promo jam tangan mewah dunia, Swatch, terpilih sebagai duta PBB untuk Skim Mikrokredit (program pengentasan kemiskinan di seluruh dunia) , dll.

11. Mocca


Kelompok musik Indie asal Bandung yang beranggotakan Riko Prayitno (gitar), Arina Ephipania (vokal dan flute), Achmad Pratama (bass), dan Indra Massad (drum) ini pernah menandatangani kontrak dengan salah satu indie records di Jepang, Excellent Records, untuk mengisi satu lagu dalam album yang format rilisannya adalah kompilasi book set (3 Set) yang berjudul “Pop Renaisance”. Ada 3 disc yang diedarkan di Jepang dan Mocca berada di disc no. 2 dengan lagu “Twist Me Arround”.
Dan, kata beberapa pembaca di postingan pertama kami:
“5 single mocca udah jadi jingle iklan di korea selatan.. Mocca juga pernah di undang untuk maen di chocollate, TV show mirip oprah di korea selatan” -Jay
“Band bandung ini albumnya laris manis di Jepang dan Korea. Bahkan kabar terakhir salah satu single terbarunya jadi soundtrack sebuah drama Korea..” -Morts
Wow!

12. Santamonica


Duo yang ternyata sepasang suami-istri, Joseph Saryuf dan Anindita, ini pada awalnya membawakan lagu-lagu yang sedikit berbau bossanova dan indiepop yang cenderung easy listening. Namun mereka merubahnya dengan membuat format album yang sangat eksperimental bertajuk Curiouser And Curiouser, sebuah wonderalbum yang menjadikan Alice in Wonderland sebagai inspirasi.
Album tersebut telah dirilis ulang di Korea dan Jepang pada tahun 2009 dan melalui album itu pula Santamonica beberapa kali diundang oleh festival-festival musik di luar negeri, dan yang paling menggembirakan adalah ketika mereka berpartisipasi dalam Melody of life festival 2008 Bangkok yang merupakan festival bergengsi karena menyajikan banyak seniman alternatif dan independen dari berbagai negara!
“.. Bahkan salah satu produser di Eropa sangat berminat dengan musik mereka.. ” -Morts
Lihat MySpace mereka: http://www.myspace.com/santamonica

13. White Shoes & The Couples Company


White Shoes & The Couples Company merilis album studio perdana pada tahun 2005, yang diberi judul sama dengan nama dari kelompok musik tersebut. Album ini diedarkan di dua negara, yaitu di Indonesia pada tahun 2005 oleh Aksara Records dan di Amerika Serikat pada tahun 2007 oleh Minty Fresh!
Dan, kata seorang pembaca di postingan pertama kami:
“Mereka menuai sukses di Amerika..mungkin satu2nya band Indie Indonesia yang sukses menembus pasar di Sana saat ini..mereka sempat tur di beberapa kota termasuk di SXSW. Distribusi album pertama mereka di USA dibawahi Label yang sama dengan the Cardigans” -Morts

14. Goodnight Electric


Goodnight Electric adalah sebuah grup musik asal Indonesia yang beraliran synthpop yang dibentuk tahun 2003 di Jakarta oleh salah satu personilnya, Henry Irawan yang dikenal dengan nama panggungnya, Henry “Batman” Foundation. Goodnight Electric sempat menyabet berbagai penghargaan musik, seperti nominasi Best New Artist di MTV Indonesia Music Award 2005, Best Live Performing Artist di Paranoia Award Hard Rock FM Jakarta 2005.
Pada akhir tahum 2005 Goodnight Electric menandatangani kontrak dengan JTB Records, sebuah perusahaan rekaman dari Jepang untuk merilis “Love and Turbo Action (Green Album)” yang dirilis dan didistribusikan di Jepang pada awal tahun 2006
Dan mereka pernah dinobatkan sebagai “5 Asian Acts To Watch in 2008″ versi Time Asia Magazine.

15. Superman is Dead


Superman is Dead yang awalnya bernama Superman Silvergun didirikan di Bali pada tahun 1995 oleh Bobby Kool (lead vocal, guitar, graphic designer), Eka Rock (bass and backing vocal) dan Jrx (drummer). Pada tahun 2009, SID turut bermain di Warped Tour USA dan memukau banyak pendengar di sana. FYI, SID adalah band Asia kedua yang berhasil masuk Vans Warped Tour loh!

16. BottleSmoker


Di akun twitternya (@bottlesmoker), mereka mendefinisikan diri sebagai “Dynamic Duo Electropop from Bandung Indonesia who play toy musical instrument and custom equipment”. Bottlesmoker lebih banyak memanfaatkan jaringan internet untuk memperdengarkan musik-musiknya kepada publik. Dan pada Januari 2008, Bottlesmoker mendapatkan kontrak dengan net label dari USA: “probablyworse” records dan merilis album mereka: “slow mo smile”.
Album tersebut bisa diunduh gratis di: www.shiningrecords.com/bottlesmoker

17. Dougy Mandagi


Ya, Dougy Mandagi. Ia adalah orang Indonesia asli yang jadi vokalis band rock Temper Trap dari Melbourne, Australia. Ia telah membawa band ini bermain ke berbagai festival musik besar di luar negeri, seperti Glastonbury di Inggris, Summersonic di Jepang, SXSW di amerika, Reading Festival di Inggris! Wow!
Dan ada beberapa musisi lainnya yang juga “go international” kata para pembaca di postingan pertama kami, seperti:

18. Slank


Siapa yang gak kenal band yang satu ini? Yakin deh penggemarnya pasti ribuan di Indonesia. Dan ternyata gak hanya unjuk gigi di dalam negeri saja, Slank pernah meluncurkan album trilingual alias 3 bahasa (Inggris, Indonesia dan Jepang), di album Slank The Big Hip hasil kolaborasi dengan band asal Jepang The Big Hip.
Slank bahkan sudah menembus negeri Paman Sam. Ya, di Amerika, Slank merilis album internasional pertamanya pada tahun 2009. Album yang bertajuk “Anthem for The Broken Heart” itu diedarkan oleh label Megaforce dari New York. Dan ternyata, respon mereka yang dapatkan bagus di sana!

19. The Simple Sample, Goodmorning Breakfast , & Morgen Bis Abend


Goodmorning Breakfast
“Ketiga band ini memang masih baru dan masih belia dan belum terkenal di Indonesia. Rata-rata umurnya masih 18-24 tahun. Tetapi ketiga band ini sempat masuk Chart International Top Friend Vote di Situs Myspace.com pada bulan maret-april 2010 lalu.
Bahkan The Simple Sample dan GoodMorning Breakfast diajak turut serta dalam kompilasi Band2 International yang digagas oleh Mercedes-Benz Jerman, dan sedang dalam proses negosiasi. Meskipun prestasinya tidak terlalu besar seperti pendahulu2nya, tapi saya rasa ketiga band ini sudah bisa dikatakan Go International..hehe” -Morts

20. Homogenic


“Homogenic juga terkenal di jepang n di negara asia lainnya…” -Morts
Nah, menarik-menarik kan profil musisi yang berhasil mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional ini? Saya rasa masih banyak lagi musisi-musisi Indonesia yang go international. Anda mau menambahkan?

Mancawarna Sarasvati

Konser Mancawarna Sarasvati

 
Konser Mancawarna Sarasvati
Kamis, 14 April 2011 (19:00-end)
Teater Tertutup Dago Tea House, Bandung
Tiket : Rp 30.000 (Terbatas)
Tiket bisa didapatkan di
Omunium
Jl Ciumbuleuit No 151B lt.2
Bandung
Tlf 022-2038279 / 087821836088
Mulai 7 April -13 April 2011
-Dago Tea House
Mulai 14 April 2011 [Penjualan tiket di venue mulai jam 14.00 WIB. Open Gate 17.30 WIB ]
*Jangan lupa membawa uang bekal untuk membeli CD dan merchandise di venue! *
Dalam berbagai kepercayaan di seluruh dunia, diyakini bahwa alam semesta ini berawal dari ketiadaan, satu ruang hampa (void space) yang dihuni kegelapan, tanpa cahaya. Dari kehampaan tersebut lahirlah cahaya kehidupan, warna putih terang yang melahirkan beragam unsur kehidupan utama, yaitu Bayu (Angin), Pratiwi (Bumi/tanah), Agni (Api), dan Ap (Air).
Itulah mancawarna. Cahaya berwarna-warni yang juga menggambarkan cahaya yang menunjukkan lebih dari satu warna. Dalam bahasa sains kita mengenal istilah cahaya polikromatik, yaitu radiasi cahaya yang mengandung lebih dari satu panjang gelombang.Unsur-unsur kehidupan yang lahir dari mancawarna, diwakili oleh beragam warna. Bayu, diwakili oleh warna kuning, Pratiwi cokelat dan hijau, Agni dengan merah, serta Air oleh warna Biru. Seluruh warna kehidupan inilah yang membuat kehidupan menjadi ada, dan keberadaan semua unsur tersebut adalah satu hal yang musykil tanpa adanya mancawarna.
Filosofi mancawarna-lah yang menjadi jiwa dari konser “Mancawarna Sarasvati“. Musik Sarasvati yang selama ini diidentikkan dengan unsur kegelapan, kali ini menyajikan beragam warna yang mewakili berbagai pengaruh musikal. Ya, Mancawarna Sarasvati adalah kilauan-kilauan ragam warna kehidupan yang disajikan melalui nafas musik. Bak larikan cahaya putih, sumber kehidupan yang menyinari kelamnya kehampaan yang menghasilkan beragam warna (baca: unsur) kehidupan.Mancawarna Sarasvati adalah serangkaian warna musik yang beragam, mewakili berbagai unsur-unsur musik yang telah memberikan pengaruh terhadap warna musik Sarasvati. Nafas musik khas Sunda, pengaruh musik elektronik, kecintaan Risa Saraswati terhadap lagu-lagu perjuangan dan lagu pop legendaris Indonesia, ketertarikan terhadap musik-musik baru dan instrumen musik tradisional lokal dan manca negara, serta gairah atas iringan orkestrasi nan megah. Semuanya terangkai dalam gelaran Konser Mancawarna Sarasvati. Sebuah konser musikal yang tidak sekedar memberikan sajian musik semata, namun beragam ekspresi seni yang mendukungnya. Sajian tarian khas Sunda, penampilan teatrikal dari para pelakonnya, serta beragam pengalaman estetis yang harus dinikmati sendiri.
Hari ini, Kamis (14/4), dengan dukungan AIKON CREATIVE EXPERT sebagai penyelenggara acara serta support penuh dari DJARUM SUPER, kami dari Sarasvati, mengajak Anda untuk menikmati Konser Mancawarna Sarasvati yang kaya warna.
______________________________________
Main Vocal : Risa Saraswati
Band : Egi Anggara “Cherry Bombshell” (guitar), Hinhin “Beside” (guitar, main arranger), Dimas Ario “Ballads of The Cliche” (bass), Ferry Nurhayat (keys), Yunita Rachman (keys), Riana Rizki (keys), Sheryta Arsalia “These ‘R Fake” (drums), Tengku Irfansyah (sequencer).
Backing Vocal : Marshela Shafira, Diantra Irawan of Hollywood Nobody
Guest Vocal : Vicky “Burgerkill”, Cholil “Efek Rumah Kaca”, Muhammad Tulus, Ida Widawati (sinden).
Mini Orchestra by Bohemian Ensemble
Karinding by Karinding attack
Taisho Goto by Hima Sastra Jepang Universitas Pendidikan Indonesia
Theatrical Performance by Apostrophe Theatre Sastra Prancis universitas Padjadjaran.
Sundanese Dance by STSI Bandung
Drama by Alison Thackray and Son
Cosplay by Fajar Abadi
Sarasvati adalah proyek musikal dari Risa Saraswati, singer/songwriter asal Bandung, dibantu oleh sejumlah musisi scene Indie Bandung dan Jakarta. Dibantu Egi Anggara “Cherry Bombshell”, sebagai produser utama, Sarasvati telah merilis EP bertajuk “Story of Peter” pada Juli 2010. EP ini meraih peringkat keempat dalam “20 album terbaik 2010″ versi majalah Rolling Stones Indonesia. Kiprah Sarasvati sudah mulai merambah dunia mancanegara lewat penampilannya dalam ajang Mosaic Music Festival pada Maret 2011.

Karinding Attack !

Karinding, Seni Sunda Yang Menggeliat. Pada awalnya saya mengenal alat musik sunda itu, suling, gamelan, calung, angklung dan kendang. Ternyata masih banyak khazanah kesenian dan alat-alat musik sunda yang beredar tetapi tidak terpublikasi dan tidak diajarkan sewaktu sekolah. Saat ini, ada suatu group musik underground dan lumayan keren yang menggunakan alat musik ini sebagai alat musik utama. yaitu  ‘Karinding Attack”. Karinding sendiri terbuat dari bambu tua dan kering atau dari pelepah aren, alat musik tradisional yang dikategorikan sebagai permainan rakyat ini konon sudah ada di tanah Sunda sejak 300 tahun lalu. Karinding hanya bisa dimainkan dalam satu kunci nada yang dibunyikannya dengan meniup dan menggerakan bagian ujung. 


"Jika hanya kunci F maka F saja, jika kunci G ya G saja," jelas Dedi (42) dari Komunitas Hong dalam workshop karinding di even Bandung Kotaku Hijau, Lapangan Tegallega dari Sabtu-Minggu (2-3/8/2008).
Jika akan memainkan nada lainnya, lanjut Dedi, pemain karinding cukup mengatur pernafasan.

sebenarnya sekarang banyak kelompok Karinding semakin bertebaran. Namun, kebanyakan semua kelompok Karinding kurang mensosialisasikan alat musik yang cukup unik tersebut atau hanya dijadikan suatu hobi saja. namun, ditengah hal tersebut "Karinding Attack" muncull sebagai grup musik yang mensosialisasikan alat musik karinding dan membawa warna baru pada musik tradisional ini. Kerinding Attack menyatukan musik Karinding dengan musik Metal atau cadas. Sehingga timbul suatu musik yang unik yang enak didengar. Karinding Attack sendiri lebih memilih berkolaborasi dengan musik Metal karena background para personilnya yang berasal dari band-band metal yang cukup terkenal di Kota Bandung seperti "Man Jasad". berikut personil dari Karinding Attack:

Iman Zimbot : Toleat, Suling, Voice
Man Jasad : Karinding and voice
Mang Utun : Karinding
Kimung Core : Karinding and Celempung
Ameng GB : Karinding
Hendra : Karinding and Celempung
Okid Gugat : Karinding
Wisnu Jawis : Karinding



gambar karinding

Karinding Attack sendiri sudah tampil dibeberapa even musik di Kota Bandung. Salah satunya ketika pergelaran musik Underground, ‘karinding attack’ menyerang dari sisi lain. Ditengah musik-musik cadas, karinding attack muncul. selain itu karinding attack juga pernah berkolaborasi dengan beberapa band metal. Salahsatunya adalah burgerkill. Ternyata musik tradisional itu tidak selamanya norak dam ketinggalan jaman. tetapi ternyata bisa maju terus dan tetep berkarya di dunia musik Indonesia. Maju terus Karinding Attack! dan Yuuu mari kita ngarinding bareng!!



profile lengkap karinding attack : http://www.myspace.com/karindingattack



Gengster ? naon ahh teu usum

Jaman makin kesini makin tambah gila !!, gangster dari bocah sampe dewasa ada dan saya bertanya "MENGAPA ANDA INGIN JADI GENGSTER ?" takada satupun org menjawab dengan tepat !! Tapi ada yang bilang ikut gengster = dapat perlindungan Tapi nyatanya para seniornya malah memperlakukan yunior seenaknya !! Tapi ada yang bilang juga jadi gengster itu TREND skrg bisa mudah dapet cewe !!, Tapi yg namanya gaul kan bukan brarti MAENIN CEWE SEENAKNYA atau GUAL GEOL TEU PUGUH DI JALAN ?! Tapi ada yg bilang juga ingin DITAKUTI OLEH BATUR(cenah ma) Tapi wanina maen kroyokan ?!

JADI NYATANYA KALIAN MASUK GENGSTER SEBENERNYA UNTUK APAAN ? UNTUK KAYA GITU ?